Tantangan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
Teknologi modern telah memungkinkan
terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos
berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang
sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual
(televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di
awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.
Sebagai akibatnya, media ini, khususnya
televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok
orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak
nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir
seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut.
Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi
global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam
dalam memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan
buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial. Di sisi lain era
kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya
tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.
Dengan semangat yang tak pernah padam ini
para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada
keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini
sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan
pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia. Akan tetapi, sekali lagi,
dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika dan moralitas
agama, jargon saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu
dipertanyakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kirim komentar anda!