Ratih Purwandaru
Maraknya kasus kejahatan di
dunia maya saat ini memang sering dijumpai. Media cetak ataupun
elektronik tak henti-hentinya memperbincangkan hal ini. Kasus terbaru
adalah pembunuhan Deudeuh Alfisahrin
alias tata chubby oleh tersangka MPS (inisial). Deudeh Alfisahrin dalam
akun twitternya diketahui bahwa dia adalah pekerja seks yang
mempromosikan pekerjaannya melalui twitter, tampak pada foto-foto yang
di unggahnya dalam situs pertemanan tersebut. Bahkan dalam bio akun
tersebut terpampang jelas tarif yang ia pasang untuk para pelanggannya.
Berikut tulisan dalam bio akun @tata_chubby tersebut :
“25
thn 168/65/34b/PUTIH.OPEN BO include room 350 sejam 1x keluar.include
room/caps Serious only 081383359448.no bbm no wa.sms only.no nego.REAL
ACOUNT.”
Dengan bio yang ia tulis
menunjukkan secara gamblang apa pekerjaan yang ia geluti. Perkenalan
korban dengan tersangka berawal pada bulan Maret 2015. Menurut berbagai
kabar yang beredar pertemuan pertama mereka berjalan lancar-lancar saja.
Hingga pada 10 April 2015, saat melayani pelanggannya alias tersangka
MPS korban menyinggung perasaan tersangka tentang baubadan. Korban
dicekik oleh tersangka, meskipun telah berusaha melawan, namun tersangka
berhasil membunuh korban dengan melilit korban dan menyumpal mulutnya
hingga korban tewas, tersangka melarikan diri dengan membawa sejumlah
uang milik korban.
Kasus kejahatan yang berawal dari dunia maya
dengan bumbu pornografi tidak hanya sekali ini terjadi. Baru-baru ini
salah satu personil duo serigala yakni pamela safitri tersandung kasus
pornografi karena foto yang ada dalam akun instagramnya. Dalam foto
tersebut nampak jelas pamela memamerkan hal yang seharusnya tidak
menjadi konsumsi publik. Beberapa tahun lalu, publik sempat dihebohkan
dengan beredarnya video porno milik vokalis grub band Peterpan yang saat
ini berganti nama menjadi Noah. Selain itu, ada lagi video asusila yang
dilakukan murid SMP di jakarta. Dan masih banyak lagi kasus kejahatan
yang berawal dari bau pornografi di dunia maya.
Jika kita nalar, kejahatan yang berawal dari
bau pornografi tidak akan terjadi selama kita tidak “memancingnya”. Pada
kasus tata chubby, terlihat jelas bahwa dia memamerkan foto-foto yang
tidak pantas jadi konsumsi publik. Selain itu, saat ini sangat mudah
dijumpai berbagai gambar yang berbau pornografi di dunia maya, mulai
dari bentuk video, gambar ataupun cerita-cerita yang di unggah di dunia
maya. Sayangnya, para pengakses situs-situs berbumbu porno adalah
kebanyakan kaum remaja, yang nota benenya adalah kaum dengan penuh rasa
penasaran. Para pengedar bahan pornografi sengaja memancing para
pengakses situs internet untuk melihat apa yang dipostkan olehnya.
Kecanggihan gadget yang dimiliki setiap individu saat ini juga menjadi
salah satu pendorong untuk semakin mudahnya mengakses sesuatu yang
berbau pornografi.
Pemerintah juga sudah gencar
meminimalisasikan bentuk pornografi ataupun porno aksi melalui berbagai
undang-undang ataupun pemblokiran situs-situs porno di dunia maya.
Namun, seperti yang diketahui, peraturan di Indonesia itu dibuat untuk
dilanggar. Sanksi yang tegas seperti yang diamanatkan dalam peraturan
sepertinya tidak menciutkan para pornografers (julukan buat orang yang
demen pornografi). Kurangnya pemahaman masyarakat tentang moral juga
menjadi salah satu faktor pendorong pornografi sebagai konsumsi publik.
Entah apakah menjadi mainset orang untuk jaman serba canggih ini bahwa
pornografi sudah dianggap maklum, ataukah memang moral bangsa yang sudah
berkurang bahkan hampir punah? Sepertinya para aktor disini kekurangan
rasa malu untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Pembentengan diri
melalui rohani belum cukup untuk meminimalisasikan hal ini. Penanaman
moral lebih intensif juga diperlukan untuk menunjang peminimalan
ponografi ataupun pornoaksi yang menjadi pergeseran moral.
Disini peran para akademisi sangat diperlukan
untuk meminimalisasikan pornografi dikalangan remaja. Namun saat ini
pendidikan seksual masih menjadi bahan yang tabu untuk dijadikan kajian
diranah akademis. Padahal jika ada pembahasan mengenai hal ini dapat
meminimalisasikan potensi pornografi pada remaja untuk menjajalnya.
Kenapa masih dianggap tabu? Lihat saja akibat anggapan bahwa pendidikan
seks masih menjadi tabu, banyak terjadi kasus pelecehan seksual yang
korbanya adalah anak yang masih berada di jenjang pendidikan. Apa yang
menyebabkan masyarakat menganggap bahwa pendidikan dianggap tabu? Apakah
karena muatan materinya? Atau bagaimana? Bukankah dalam pendidikan seks
juga terdapat ajaran nilai moral? Masih banyak pertanyaan yang ada di
pikiran saya mengapa pendidikan seks masih dianggap tabu, padahal jelas
sekali banyak manfaat yang dapat diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kirim komentar anda!