BLOG BASTRINDO BERBAGI INFORMASI SEPUTAR PENDIDIKAN MADRASAH

Sabtu, 18 April 2015

Lupa Rasanya Malu

Ratih Purwandaru


Maraknya kasus kejahatan di dunia maya saat ini memang sering dijumpai. Media cetak ataupun elektronik tak henti-hentinya memperbincangkan hal ini. Kasus terbaru adalah pembunuhan Deudeuh Alfisahrin alias tata chubby oleh tersangka MPS (inisial). Deudeh Alfisahrin dalam akun twitternya diketahui bahwa dia adalah pekerja seks yang mempromosikan pekerjaannya melalui twitter, tampak pada foto-foto yang di unggahnya dalam situs pertemanan tersebut. Bahkan dalam bio akun tersebut terpampang jelas tarif yang ia pasang untuk para pelanggannya. Berikut tulisan dalam bio akun @tata_chubby tersebut : 



25 thn 168/65/34b/PUTIH.OPEN BO include room 350 sejam 1x keluar.include room/caps Serious only 081383359448.no bbm no wa.sms only.no nego.REAL ACOUNT.
Dengan bio yang ia tulis menunjukkan secara gamblang apa pekerjaan yang ia geluti. Perkenalan korban dengan tersangka berawal pada bulan Maret 2015. Menurut berbagai kabar yang beredar pertemuan pertama mereka berjalan lancar-lancar saja. Hingga pada 10 April 2015, saat melayani pelanggannya alias tersangka MPS korban menyinggung perasaan tersangka tentang baubadan. Korban dicekik oleh tersangka, meskipun telah berusaha melawan, namun tersangka berhasil membunuh korban dengan melilit korban dan menyumpal mulutnya hingga korban tewas, tersangka melarikan diri dengan membawa sejumlah uang milik korban.
Kasus kejahatan yang berawal dari dunia maya dengan bumbu pornografi tidak hanya sekali ini terjadi. Baru-baru ini salah satu personil duo serigala yakni pamela safitri tersandung kasus pornografi karena foto yang ada dalam akun instagramnya. Dalam foto tersebut nampak jelas pamela memamerkan hal yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik. Beberapa tahun lalu, publik sempat dihebohkan dengan beredarnya video porno milik vokalis grub band Peterpan yang saat ini berganti nama menjadi Noah. Selain itu, ada lagi video asusila yang dilakukan murid SMP di jakarta. Dan masih banyak lagi kasus kejahatan yang berawal dari bau pornografi di dunia maya.
Jika kita nalar, kejahatan yang berawal dari bau pornografi tidak akan terjadi selama kita tidak “memancingnya”. Pada kasus tata chubby, terlihat jelas bahwa dia memamerkan foto-foto yang tidak pantas jadi konsumsi publik. Selain itu, saat ini sangat mudah dijumpai berbagai gambar yang berbau pornografi di dunia maya, mulai dari bentuk video, gambar ataupun cerita-cerita yang di unggah di dunia maya. Sayangnya, para pengakses situs-situs berbumbu porno adalah kebanyakan kaum remaja, yang nota benenya adalah kaum dengan penuh rasa penasaran. Para pengedar bahan pornografi sengaja memancing para pengakses situs internet untuk melihat apa yang dipostkan olehnya. Kecanggihan gadget yang dimiliki setiap individu saat ini juga menjadi salah satu pendorong untuk semakin mudahnya mengakses sesuatu yang berbau pornografi.
Pemerintah juga sudah gencar meminimalisasikan bentuk pornografi ataupun porno aksi melalui berbagai undang-undang ataupun pemblokiran situs-situs porno di dunia maya. Namun, seperti yang diketahui, peraturan di Indonesia itu dibuat untuk dilanggar. Sanksi yang tegas seperti yang diamanatkan dalam peraturan sepertinya tidak menciutkan para pornografers (julukan buat orang yang demen pornografi). Kurangnya pemahaman masyarakat tentang moral juga menjadi salah satu faktor pendorong pornografi sebagai konsumsi publik. Entah apakah menjadi mainset orang untuk jaman serba canggih ini bahwa pornografi sudah dianggap maklum, ataukah memang moral bangsa yang sudah berkurang bahkan hampir punah? Sepertinya para aktor disini kekurangan rasa malu untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Pembentengan diri melalui rohani belum cukup untuk meminimalisasikan hal ini. Penanaman moral lebih intensif juga diperlukan untuk menunjang peminimalan ponografi ataupun pornoaksi yang menjadi pergeseran moral.
 
Disini peran para akademisi sangat diperlukan untuk meminimalisasikan pornografi dikalangan remaja. Namun saat ini pendidikan seksual masih menjadi bahan yang tabu untuk dijadikan kajian diranah akademis. Padahal jika ada pembahasan mengenai hal ini dapat meminimalisasikan potensi pornografi pada remaja untuk menjajalnya. Kenapa masih dianggap tabu? Lihat saja akibat anggapan bahwa pendidikan seks masih menjadi tabu, banyak terjadi kasus pelecehan seksual yang korbanya adalah anak yang masih berada di jenjang pendidikan. Apa yang menyebabkan masyarakat menganggap bahwa pendidikan dianggap tabu? Apakah karena muatan materinya? Atau bagaimana? Bukankah dalam pendidikan seks juga terdapat ajaran nilai moral? Masih banyak pertanyaan yang ada di pikiran saya mengapa pendidikan seks masih dianggap tabu, padahal jelas sekali banyak manfaat yang dapat diterima.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kirim komentar anda!