BLOG BASTRINDO BERBAGI INFORMASI SEPUTAR PENDIDIKAN MADRASAH

Rabu, 11 September 2013

Analisis puisi

Membaca Tanda-tanda
(Taufik Ismail) Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas
tapi kita kini mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air Air membawa banjir
Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda- tanda? Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani api dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
tapi kini kami mulai merindukannya Analisis Puisi “Membaca
Tanda-tanda” Melalui
Aspek Semantik Puisi Semantik adalah ilmu
yang mempelajari tentang
makna. Dalam menganalisis
puisi melalui aspek semantik,
ada empat hal yang perlu
dikaji yaitu makna, bahasa kiasan, imaji (citraan) dan
simbol. 2.1.1 Makna Memahami dan mengkaji sebuah puisi
tidaklah mudah, terlebih
lagi sekarang puisi makin
komlpeks dan aneh.
Selain itu, bahasa puisi
biasanya menyimpang dari tata bahasa normatif,
sehingga pembaca
mengalami kesulitan
untuk memahami puisi
tersebut. Puisi adalah sebuah karya sastra yang baru
mempunyai makna bila
diberi makna oleh
pembacanya. Pemaknaan
sering juga disebut
interpretasi. Pemberian makna atau interpretasi
sebuah karya sastra,
dalam hal ini tergantung
pada kemampuan
pembacanya di bidang
bahasa, selain itu dibutuhkan kemampuan
tentang konvensi sastra
dan budaya tertentu.
Pemaknaan sebuah puisi
antara satu pembaca
dengan pembaca yang lain berbeda-beda karena
karya sastra termasuk
puisi memiliki sifat
polyinterpretable atau
multi tafsir. Begitu pula
dalam analisis penulis mengenai makna dalam
puisi Membaca Tanda-
tanda karya Taufik Ismail
dalam makalah ini,
mungkin akan berbeda
dengan pemaknaan yang diberikan orang lain. Puisi Membaca Tanda-tanda memiliki
makna bahwa Taufik
Ismail selaku penciptanya
mengajak pembaca untuk
dapat membaca gejala-
gejala alam yang terjadi di sekitar kita. Pembaca
diajak untuk peka
terhadap perubahan alam
yang semakin lama
semakin memprihatinkan
keadannya. Alam yang dulunya asri, indah dan
nyaman, kini terusik
dengan kerusakan akibat
tangan-tangan manusia
yang banyak merusak
lingkungan. Taufik dalam puisi ini mencurahkan
perasaannya yang
merindukan lingkungan
yang alami dan murni. Ia
sangat menyesalkan apa
yang terjadi saat ini. Sudah banyak gejala alam
yang memperingatkan
manusia untuk sadar
akan pentingnya menjaga
lingkungan. Namun
dengan banyaknya gejala alam ini Taufik masih
mempertanyakan apakah
kita (manusia) bisa
membaca gejala-gejala
perubahan pada alam.
2.1.2 Bahasa Kiasan Dalam karya sastra seperti puisi, untuk
menimbulkan efek estetik
atau efek kepuitisannya
maka digunakanlah gaya
bahasa. Selain itu tujuan
penyair menggunakan gaya bahasa dalam
puisinya antara lain untuk
menghasilkan kesenangan
yang bersifat imajinatif,
menghasilkan makna
tambahan, agar dapat menambah konkrit sikap
dan perasaan penyair
dan agar makna yang
diungkapkan lebih padat. Salah satu gaya bahasa yang sering
digunakan dalam menulis
puisi adalah bahasa
kiasan. Bahasa kiasan
menyebabkan puisi
menjadi menarik, menimbulkan kesegaran,
hidup dan terutama
menimbulkan kejelasan
gambaran angan. Bahasa
kiasan ini mengiaskan
atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal
lain supaya gambaran
menjadi jelas, lebih
menarik dan hidup.
Bahasa kiasan mencakup:
perbandingan atau simile, metafora, perumpamaan
epos, personifikasi,
metonimi, sinekdok,
alegori dan sebagainya.
Namun, secara umum
bahasa-bahasa kiasan tersebut memiliki sifat
memepertalikan sesuatu
dengan cara
menghubungkannya
dengan sesuatu yang lain. Puisi Membaca Tanda-tanda tidak
memakai banyak ragam
bahasa kiasan atau
majas. Bahasa kiasan
yang digunakan hanya
seperti berikut : 1. Personifikasi Personifkasi adalah semacam
gaya bahasa
kiasan yang
menggambarkan
bendabenda
mati atau barang-barang
yang tidak
bernyawa
seolah-olah
memiliki sifat-
sifat kemanusiaan
(Keraf. 2008:
140).
Personifikasi
dalam puisi ini
terdapat pada kutipan sebagai
berikut :
· Kita saksikan
zat asam
didesak
karbon
dioksid itu
menggilas paru-paru
(bait
kelima)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kirim komentar anda!