BLOG BASTRINDO BERBAGI INFORMASI SEPUTAR PENDIDIKAN MADRASAH

Rabu, 25 September 2013

ULANGAN HARIAN BAHASA INDONESIA KELAS XII



ULANGAN HARIAN BAHASA INDONESIA KELAS XII
1.    Perhatikan ilustrasi praktik diskusi dengan topik “Kenakalan Remaja” berikut.
Putri    : Kenakalan remaja disebabkan orang tua mereka kurang memperhatikan anaknya.
Robi    : Sebagian pendapat Taning benar, tetapi yang lebih dominan adalah faktor motivasi.
                     Motivasi dalam diri mereka mengenai hidup dan masa depan.
Yuni  : Saya mendukung pendapat Labib, khususnya motivasi yang berasal tuntutan lingkungan dan motivasi dari dalam diri mereka yang positif.
Yati  :   Tentu perlu modal keterampilan dan materi untuk mendukung motivasi mereka. Bila tidak, kenakalan remaja tidak dapat dihindarkan.
Buatlah sebuah simpulan dari diskusi di atas!
2.     Sebutkan unsur-unsur penting dalam surat lamaran pekerjaan!
3.     Buatlah masing-masing satu paragraf yang berpola deduktif dan induktif!
4.     Apakah anda pernah melakukan pidato resmi di muka umum? Bagaimana menurut anda teknik melakukan pidato yang baik?

Analisis Karaktristik tokoh dan Amanat yang tersirat dalam sinapsis Novel dibawah ini!
5.              Sinapsis Novel ini menceritakan perjuangan seorang tenaga pendidik (guru) honorer dua lembaga pendidikan swasta di sebuah kampung jauh dari suasana perkotaan, tepatnya sekolah pedalaman Barumun, yakni Madrasah Aliyah Amaliah dan SMP Islam Nurrazzi, sekolah miskin dan ambruk, dia bernama Marfuddin Lubis, yang biasa disapa dengan pak Lubis. Pak lubis selain mengajar, juga menjadi kepala keluarga, memiliki dua orang anak, dan tidak mempunyai rumah, selain masih bergantung kepada mertuanya. Walaupaun demikian, dia adalah sosok panutan guru-guru, dicintai siswa-siswinya dari berbagai angkatan, maklum saja beliau telah mengabdi sepuluh tahunan lebih, namun semangat dan totalitasnya tidak pernah pudar di tengah guncangan hidup. Semangatnya itu terbukti dengan memenangi ‘Guru Tauladan’ di kecamatan Barumun. Dengan honerer seadanya, berkisar lima puluh ribu sampai dengan seratus ribu rupiah perbulan, dia tetap mengabdi di sekolah tersebut, baginya menjadi guru bukan sekedar tanggung jawab kerja, tapi panggilan jiwa dan bentuk pengabdian kepada Sang Khalik.
Lubis adalah sosok guru yang memiliki idealisme dan prinsif yang teguh, kuat dan mengakar dalam pribadinya. Menjadi guru PNS yang sebagian orang menebusnya dengan uang tidak akan pernah dilakukan Lubis. Menghidupi keluarganya cukup menjadi guru swasta dan kerja sampingan, serta terus berdoa kepada yang Allah. Kecintaan Lubis pada pengabdian di sekolah asal ditunjukkan dengan komitmentnya, dia dengan halus tidak menerima tawaran dari dr. Rosmaida Hararap pemilik sekolah yang berencana menginginkan sekolah baru berdirinya dikelola oleh pak Lubis. Sekolah milik dr. Rosmaida merupakan sekolah yang rencananya akan berstandar nasional bahkan internasional, dimana fasilitas mewah dan gedung yang besar, di samping itu para pengelola akan mendapat pemasukan finansial cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tentunya, pak Lubis memilki banyak pertimbangan, salah satu yang mendasar adalah karena sekolah asal masih membutuhkannya pengapdiannya, anak-anak SMP Islam Nurazizi dan MA Amaliyah masih mengharapkannya. Dalam pikiran pak Lubis, anak-anak desa ini harus didik, dikobarkan cita-cita dan mimpinya. Sekiranya dia meninggalkan sekolah asal, akan terlantarlah anak-anak tersebut.
Suatu ketika, Lubis terjatuh dengan benturan yang sangat keras di kakinya dalam perjalanan pulang, mengharuskan dr. Rosmaida menangani di tempat kliniknya. Beberapa hari berada di klinik dr. Rosmaida membuatnya lebih segar dan terasa sehat. Akhinya dengan permintaan keluarganya mengharuskan pulang. Di tengah kesakitannya, Lubis sempat pergi ke madrasah Amaliyah kembali menekuni tugasnya sebagai guru, bagai gayung bersambut, semua siswa dan guru-guru menyambut kehadirannya. Dengan wajah manis dan ceria murid, guru sekolah, memberikan warna lain pada hari itu.
Hidup memang sebuah perlawanan. Perlawanan melawan kondisi dan keadaan. Hari itu Aisyah istri pak Lubis meninggal. Suasana menjadikan lubis terebenam pada kemurungan dan kesedihan. Tak lama setelah kepergian istrinya, dia bangkit dari kesedihan dan menatap masa depannya, seorang sosok guru yang teguh. Sebuah prinsif yang sangat kuat dari pak Lubis, ketika dr. Rosmaida mencoba memeluk dan menciumnya saat berada di rumah pak Lubis, dengan keras mengharapakan perempuan itu keluar dari rumah. Berbagai rintangan yang dihadapi Lubis datagn silih berganti, mulai dari kematian istirnya, meninggalnya Ibu kandung, disusul lagi dengan penutupan SMP Islam Nurarazizi, meninggalnya kepala sekolah MA Amaliyah dan musibah lainnya terus menyertai Lubis. Tekadnya untuk terus berjuang saat seorang diri pada sekolah Amaliyah terus menggelora. Pada akhirnya, Tuhan pun mengabulkan semua mimpinya, dengan mengikuti lomba guru tauladan tingkat kabupaten. Kesempatan itu digunakan untuk menyampaikan kondisi dan derita sekolah yang selama ini dihadapi. Panitia memenangkan Lubis sebagai “Guru Tauladan” dengannya MA Amaliyah kembali dibangun dengan dukungan pemerintah daerah. Tuhan memenuhi janji hamba-Nya dengan mempertemukan Sufiatun mantan siswinya dulu, gadis cantik nan sholehah untuk mendampingi perjuangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kirim komentar anda!